Tempat Ini Menjadi Saksi Sejarah Bandung Lautan Api

Wpfreeware 2021-09-29 09:33:55 Ngebandung

Peristiwa Bandung Lautan Api merupakan peristiwa yang hingga saat ini tidak bisa dilupakan oleh masyarakat Bandung. Bagaimana tidak, peristiwa yang terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 ini merupakan upaya dari pengosongan dan pembakaran Bandung oleh rakyat agar tidak dijadikan markas pasukan sekutu dan NICA (Belanda).

Bandung lautan api merupakan aksi heroik dalam sejarah mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan diabadikan dalam berbagai bentuk karya seni, mulai dari lagu dan juga film. Menjadi saksi bisu terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api, tempat-tempat yang berada di Bandung juga menjadi jejak para pejuang mempertahankan Kota Bandung. Berikut merupakan ulasannya.

Kantor Berita Domei / Drieu Kleur/Bank BTPN Jl.Ir.H.Juanda (Stilasi 1)


Berita kekalahan Jepang pada masa itu berusaha ditutupi oleh pihak Jepang agar beritanya tidak menyebar di kalangan Rakyat Indonesia. Namun hasilnya, tindakan itu gagal dan Indonesia tetap merdeka. Kemudian para pemuda pun langsung memuatnya dalam Buletin Berita Domei. 

Rencana akan dimuatnya berita proklamasi di halaman depan pun gagal karena tercium pihak Jepang. Akhirnya para wartawan menuliskan berita proklamasi di papan tulis dan memajangnya di depan kantor selain itu tersebar pula selebaran berhuruf merah yang dibuatkan percetakan Siliwangi. Di hari itu juga, berita proklamasi menyebar cepat di seluruh Kota Bandung.

Gedung Denis Bank Jabar JL. Braga (Stilasi 2)


Diselenggarakannya Proklamasi memunculkan semangat yang tinggi di kalangan rakyat. Antara lain diwujudkan dengan pengambilalihan berbagai instansi dan instalasi, termasuk Kantor Pos, Telefon & Telegraf (PTT); Stasiun Radio, Kantor Jawatan Kereta Api (DKA) dan Pabrik Senjata (ACW/AI). Jika cara diplomasi gagal, tak jarang dilakukan dengan cara paksa. Di kantor-kantor itu, Hinomaru diturunkan dan diganti Merah Putih. Aksi ini ternyata menyebar ke seluruh kota seperti yang terjadi di Gedung DENIS di Jl Braga. Oktober 1945.

Gedung NILLMIJ /Ged. Asuransi Jiwasraya (Stilasi 3)


Tentara Keamanan Rakjat (TKR) Komandemen I Jawa Barat dibagi menjadi tiga divisi. Salah satunya adalah Divisi III yang meliputi Keresidenan Bandung. Divisi yang semula dipimpin Kol. Arudji Kartawinata ini pada Oktober 1945 kemudian berpindah ke Kol. AH Nasution. Pada saat yang sama, di Bandung dibentuk Resimen 8 yang dipimpin LetKol Omon Abdurrahman. Resimen 8 ini bermarkas di gedung NederlandschIndische Levensvezekerings en Liffrente Maatschappij (NILLMIJ), atau yang sekarang menjadi Gedung Asuransi Jiwasraya di sisi Utara alun-alun Bandung.

Simpangsteeg No 7/ Jl.Simpang (Stilasi 4)

Meskipun telah di ultimatum AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies), gangguan para pejuang terhadap Inggris (dan NICA) di Bandung tetap ada. 17 Maret 1946 LetJen Montagu Stophord, Panglima Tertinggi AFNEI memberikan ultimatum kedua kepada PM Syahrir supaya pasukan RI meninggalkan Bandung Selatan sejauh 11 km dari pusat kota. Hanya pemerintah sipil, polisi dan warga sipil yang boleh tetap tinggal. Batas ultimatum adalah 24 Maret 1946 pukul 24.00. Ultimatum kedua ini melalui radio dan penyebaran pamflet dari udara di Bandung Selatan yang membuat marah para pejuang pemuda.

Sjahrir lalu kemudian mengutus MayJen Didi Kartasasmita (Panglima Komandemen Jawa Barat) dan Mr Sjafrudin Prawiranegara (Menteri Muda Keuangan) ke Bandung. Sjafrudin berunding dengan para pemimpin para pejuang, sedangkan Didi diajak meninjau kondisi kerusakan akibat serangan para pejuang di seputar kota. Sejak kedatangan kedua utusan PM Sjahrir itu, para pemimpin pertemuan untuk membahas ultimatum. Pada 22 Maret 1946 diadakan rapat di Simpangsteeg No 7 yang dipimpin Komandan Resimen 8 LetKol Omon Abdurrahman.

Comment

Similar Post You May Like