Pareran Tunggal Donni Arifianto Decoding Algorithm

Wpfreeware 2022-06-30 17:00:00 hotnews


Pengantar Kurasi Oleh: Anton Susanto

Keasyikan mengamati karya Donni seperti keasyikan berselancar di media sosial. Dalam satu lini masa kita akan menemukan beragam hal sekaligus. Ya, beragam. Bisa sangat berhubungan satu sama lainnya, juga bisa sebaliknya. Bisa info terkini hingga info pada masa yang sangat lampau silih berganti pada laman media sosial kita. Namun, dibalik keragaman tersebut, semua muncul berdasarkan sebuah algoritma yang spesifik sesuai dengan karakter, kebiasaan dan preferensi penggunanya.


Pada karya-karya Donni yang dipamerkan kali ini, kecenderungan "tumpang tindih" seperti yang pernah disampaikan oleh Rifky "Goro" Effendy dalam pengantar pameran tunggal sebelumnya nampak masih menjadi pola yang utama dalam proses berkarya Donni. Kita mash bisa menemukan teks, objek ataupun ikon yang saling tumpang tindih. Dan dalam keriuhan tumpang tindih in akan terbentuk algoritma identitas Donni.


Pada karya-karya Donni, kita dapat melacak jejak praktek apropriasi dan juga modus alegorik. Kendati citraan yang muncul pada karya, seperti teks berupa kalimat atau frase, objek, ikon, dan lain-lain seperti yang muncul secara acak / random yang pada kenyataannya semua itu tidak serta merta muncul.


Donni mencoba mengurai kode-kode yang dimiliki oleh setiap citraan yang akan ia tampilkan pada karya. Kemudian mereka hadir dalam satu kesatuan pada sebidang karya, perpaduan setiap citra yang muncul itu kemudian membentuk sebuah kode baru dengan algoritma yang baru dan khas sehingga memungkinkan memiliki sebuah teks baru.


Donni tidak mengambil tema-tema bear ke dalam karya-karyanya. Bahkan ide maupun gagasan pada setiap karyanya tersebut tak jarang terinspirasi dari hal-hal yang tidak jauh dari kehidupan kesehariannya secara pribadi maupun secara komunal yaitu circle pergaulan Donni sehari-hari.


Karena sejatinya, di era teknologi internet saat ini khususnya dalam trend bersosial media, kita memang dihadapkan pada sebuah fenomena di mana kehidupan personal menjadi konsumsi global. Berbeda dengan era sebelumnya di mana hanya peristiwa global yang akan dikonsumsi ole para personal. Kita bisa menjadi tahu kehidupan personal seseorang diruang privatnya di wilayah antah berantah secara pararel dalam waktu bersamaan dengan mengetahui informasi peristiwa bear di dunia seperti perang, bencana alam maupun wabah penyakit.



Meskipun setiap individu menegunakan sebuan platform media sosial yang sama, namun pengalaman bermedia sosialnya tidak akan pernah sama. Di situlah sebuah sistem algoritma bekerja dalam melakukan personalisasi materi apa saja yang akan dilihat, diterim terhubung dan berinteraksi pada seorang individu. Hal ini terbentuk berdasarkan preferensi personal, kebiasaan dan Iinghungan (circle) pengguna platform media sosial tersebut.


Begitu juga dengan karya-karya Donni, meskipun terdapat narasi pada karyanya, namun kemudian, setiap audiens akan memiliki ruang interpretasi yang luas dalam menafsir maupun melakukan apresiasi pada karya-karya tersebut. Selain karena Donni tidak menyampaikan secara gamblang, namun juga setiap audiens mentIki sistem algoritma bawaannya masing-masing. Hal ini kemudian akan menggiring setiap audiens karya- karya Donni untuk masuk melalui objek atau ikon yang sesuai dengan algoritma audiens tersebut halu kemudian berianjut pada interpretasi-interpretasilainnya.



Bahkan, dari aspek teknis pun, Donni mengadaptasi situasi saat ini dengan tidak membatasi pada satu media atau teknik tertentu. Kecenderungan teknis melukis konvensional akan berpadu dengan beragam teknik lain seperti stencil, gambar, tulisan, cetak gosok dan lainnya muncul secara bersamaan. Sekilas kita akan melihat kecenderungan visual yang dekat dengan kecenderungan street art dan graffiti pada dinding namun Donni hadirkan pada sebidang kanvas yang terentang pada kayu spandram layaknya sebuah lukisan konvensional.**


Donni sat ini juga dikenal dan diasosiasikan dengan kedai kopinya yang bernama Abraham and Smith. Sebelum memulai kariernya di dunia kuliner, ia telah menyelesaikan studinya dari Jurusan Pendidikan Senirupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan sempat banyak terlibat berbagai program seni rupa di Rumah Proses - Bandung.


Gairah berkarya dan kuliner ini kemudian berpadu pada satu tempat di Jalan Tamblong Dalam - Bandung di mana ia membuka Kedai Kopi Abraham and Smith sekaligus merangkap sebagai studio tempat ia menghasilkan karya-karya seninya.

Comment

Similar Post You May Like

Lokasi

Alamat: Jl. Kancra No 37, Buahbatu, Bandung 40262
(022) 7324011
09:00-17:00

Media Partner