Menguak Sejarah Jalan Tamim, Pusat Sentra Kain Denim Kota Bandung

Wpfreeware 2022-01-10 13:58:34 Ngebandung


Source: Pinterest.id


Pasar baru dan Jalan Tamim merupakan sejoli yang tidak bisa dipisahkan, hal tersebut disebabkan oleh letak geografis yang mendukung kedua tempat tersebut yang bersebelahan. Warga bisa memasuki kawasan tersebut melalui akses yang berada di jalan Jenderal Sudirman atau Pasar Selatan. Areanya memang tidak terlalu luas, beberapa kendaraan roda empat cukup kesulitan bila ingin mencari tempat parkir.


Di sepanjang jalan akan mudah ditemui berbagai penjual kain, bahan denim, hingga gorden. Tetapi dulunya jajaran toko kain tersebut merupakan tenda-tenda dan jongko tempat berjualan sayur dan bahan makanan lainnya, atau kalau sekarang terkenal dengan istilah pasar kaget yang berjualan di hari-hari tertentu.


Di dalam buku Wisata Paris van Java: Sejarah, Peradaban, Seni, Kuliner, dan Belanja menceritakan tentang sebuah jalan yang diberi nama Tamim dan Pasar Baru yang merupakan tempat usaha para saudagar Bandung tempo dahulu. Nama jalan tersebut diambil dari pemilik aslinya yaitu Agus Tamim. 


Beliau merupakan seorang pedagang asal Palembang yang dikenal sebagai pemilik tanah sepanjang Jalan Tamim. Namun karena kemurahan hatinya, ketika itu beliau menghibahkan asetnya untuk dipakai warga sekitar untuk berdagang. Namun sebagian cerita berkata nama jalan tersebut diberi nama Tamim karena beliau selalu berdagang rempah di jalan tersebut, sehingga disebut Jalan Tamim.


Mencoba Wisata Belanja Bandung Unik - Sebandung.com

Source: Google Image

"Haji Tamim yang seorang saudagar kaya-raya, membeli tanah yang meliputi Jalan Tamim hingga kawasan Jalan Dulatip. Usaha yang dirintisnya, pasar tradisional maju cukup pesat. Perlahan tetapi pasti roda ekonomi warga disana pun turut bergerak," tulis Franco Londah yang dilansir oleh Berita Jabar Online.


Dinasti usaha Haji Tamim lalu beralih kepada putranya, yaitu Haji Ayub. Lambat laun detak roda ekonomi pun makin maju, walau seiring perjalanan waktu, peran keluarga ini makin surut. Sehingga menyebabkan timbulnya peluang untuk pedagang lain, seperti halnya pedagang dari Arab dan China yang turut memulai usaha di sana.


Sejarah mencatat pada tahun 1980 an, tanah-tanah peninggalan Haji Tamim kemudian dijual atau dikontrakan. Seiring dengan perkembangan waktu Jalan Tamim yang semula merupakan pasar tradisional, berubah menjadi sentra kain beragam jenis, khususnya bahan jeans. Tepat pada tahun 1983 Jalan Tamim yang berubah menjadi tempat penjualan pakaian.


Saat itu ada seorang pemilik toko yang mulai menerima titipan penjualan pakaian jadi. Hal tersebut menarik minat masyarakat yang semata ingin langsung membeli pakaian, meski demikian pakaian jahit tetap menjadi sentra utama di jalan tersebut. Jins di area tersebut baru masuk pada akhir \\\'80-an dan awal \\\'90-an, dibawa oleh pedagang dari Sumatra.


Pembelinya banyak berasal dari luar pulau Jawa, seperti Yogyakarta dan Lampung. Selain itu masyarakat lokal Bandung pun banyak yang membeli produk di jalan tamim tersebut. Namun sayang sekali kejayaan Jalan Tamim akhirnya terenggut dengan munculnya pusat penjualan jeans dan pakaian jadi di Jalan Cihampelas. Apalagi mulai muncul tempat-tempat penjualan pakaian jadi berupa FO.


Dari saat itulah jalan tamim fokus pada berbagai jenis dan corak tekstil yang sebagian besar merupakan produk pabrik tekstil di Bandung di jual di sini hingga saat ini, walaupun tidak seramai dulu banyak para pedagang yang masih bertahan dan berusaha mengikuti pasar zaman sekarang dengan menyediakan motifnya yang beraneka ragam. Mulai dari corak yang polos, batik, hingga loreng-loreng tentara. Hal tersebut karena memang para pedagang di Jalan Tamim selalu mendapat pasokan dari pabrik tekstil di wilayah Bandung.

Comment

Similar Post You May Like